Sebuah tour Amerika Utara telah direncanakan untuk musim panas
2005 dalam ajang promosi album Blink-182 dan singel "Always". Namun,
ketegangan mulai muncul di antara para personel band ketika DeLonge
,mengungkapkan keinginannya untuk membatalkan tour tersebut dan memasuki masa
istirahat selama satu-setengah tahun.[27] Pada pertemuan band yang
bertepatan dengan permulaan tour Eropa mereka saat itu, DeLonge mengungkapkan
keinginannya untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarganya. Dia juga
menolak untuk membuat album baru. Hoppus mengatakan, “Pembicaraan tersebut
sangat panas dan berlangsung selama dua atau tiga jam. Pembicaraan kami hanya
berputar-putar, dan hasilnya adalah pembatalan tour, tanpa mengetahui kapan
kami akan melakukan sesuatu dengan Blink-182 kembali.”[27] Selama masa enam bulan
istirahat, Hoppus mengungkapkan keinginannya agar Blink-182 dapat tampil di
Konser Music for Relief untuk Asia Tenggara, sebuah pertunjukan
penggalangan dana untuk membantu korban Gempa bumi Samudra
Hindia tahun 2004. DeLonge menyetujui hal tersebut dan mereka mulai
berlatih untuk acara tersebut. Namun ketegangan kembali muncul di antara mereka
setiap kali berkumpul. Mereka pun mulai memperdebatkan tentang pembubaran band, album kompilasi
Greatest Hits, ataupun kemungkinan rekaman album berikutnya.[27]
DeLonge menyatakan bahwa dia hanya akan merekam kontribusinya pada
album Blink-182 berikutnya di rumahnya di San Diego, dan bahwa Hoppus dan
Barker bisa mengirim berkas ProToolskepadanya
untuk dikerjakan. Mengenai saat-saat terakhir mereka bersama sebagai band,
Hoppus menyatakan, “Seseorang berusaha mendikte segalanya. Kami memberitahu Tom
satu hal, keadaan menjadi panas. [...] Kami berkata, 'Kau mencoba untuk
mengendalikan segalanya. Dan hal itu salah.' Dia lalu berkata dia tidak bisa
menjadi bagian dari sesuatu yang tidak dapat ia kendalikan, dan dia
meninggalkan tempat pertemuan.”[27] Pengacara DeLonge,
DeVoe, menghubungi Hoppus dan Barker keesokan harinya memberitahu bahwa DeLonge
telah keluar dari band, dengan menyatakan, “Terhitung sejak hari ini, Tom DeLonge
tidak lagi menjadi anggota dari Blink-182.”[28] DeLonge diketahui segera
mengubah nomor teleponnya untuk menghindari diskusi tentang hal tersebut dengan
Hoppus maupun Barker. Mengikuti beredarnya spekulasi mengenai fakta bahwa
mereka telah bubar, Blink-182 mengumumkan bahwa mereka memasuki masa “indefinite
hiatus”.[29]
Hoppus dan Barker mengumumkan pada April 2005 bahwa mereka telah
membentuk band baru, +44.[30] Selama masa vakum,
Hoppus mengalihkan perhatiannya untuk memproduseri album Motion City
Soundtrack dan mengurus podcast miliknya, HiMyNameisMark, sementara drummer Travis Barker
meluncurkan merk sepatu buatannya dan bekerja di tiga proyek musik — The Transplants, TRV$DJAM, dan +44.[31] Sementara itu, DeLonge
tidak pernah terlihat oleh publik, tidak membuat penampilan apapun, dan tidak
melakukan wawancara apapun. Kabarnya tetap misterius hingga 16 September 2005
ketika ia mengumumkanproyek barunya, Angels & Airwaves,
dengan menjanjikan "revolusi rock & roll terhebat untuk generasi kali ini."[31] DeLonge kemudian
menyatakan bahwa dia sempat mengalami ketagihan terhadap analgesik, sambil berkata
“Aku kehilangan akal sehatku, aku bergantung pada ratusan penghilang rasa
sakit, dan aku bahkan hampir membunuh diriku sendiri.”[32]
Geffen Records kemudian merilis album kompilasi Greatest Hits of
Blink-182 pada 1 November 2005.
Seiring waktu, +44 juga merilis album perdana mereka, When Your Heart Stops
Beating, pada tahun 2006. Album
tersebut utamanya berdasarkan pada perasaan yang ada pasca perpecahan
Blink-182, dengan salah satu lagu, "No, It Isn't", mengarah
langsung pada DeLonge.[33] Sementara itu,Angels & Airwaves merilis dua album selama masa vakum Blink-182: We Don't Need to Whisper (2006) dan I-Empire (2007).[34]
Pada 21 Agustus 2008, Jerry Finn meninggal karena pendarahan otak.[35] Kejadian ini menjadi
katalis awal bagi DeLonge untuk mulai berkomunikasi kembali dengan Hoppus dan
Barker. Pada 19 September 2008, Travis Barker menjadi korban selamat dari sebuah kecelakaan pesawat. Adam Goldstein (atau juga dikenal sebagai DJ AM) dan Barker menjadi satu-satunya orang yang
selamat. Barker mengalami luka bakar yang parah pada torso dan tubuh bagian
bawahnya. Ketika berada di rumah sakit, Mark Hoppus dan Tom DeLonge datang
menjenguk, membuat mereka dapat menyatukan perbedaan mereka dan berdamai.
Mengenai kecelakaan yang dialami Barker, pada tahun 2010 Tom DeLonge menyatakan,
“Jika kecelakaan tersebut tidak pernah terjadi, kami bukanlah sebuah band.
Jelas dan sederhana. Itulah takdir.”[36]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar